KHUSYU’ ataukah KUSUT

Saudara-saudaraku sekaliyan dalambenak ini ada yang begejolak MUNCRAT dan SEMBURAT begitu saja tanpa kuasa saya bendung gelegaknya. Ketimbang jadi BISUL ( Udun ) mendingan saya share saja di sini barang kali ada yang bisa memberikan gambaran dalam nuansa atau sudut pandang yang lain.

Begini nih …sebenarnya pengertian, INTI dan HAKEKAT dari pada KHUSYU’ ” itu terletak pada faktor PSIKHOLOGIS atau AGAMANYA…???. Lalu ESENSI daripada KHUSYU’ atau KUSUT itu sendiri terlihat dari RITUALNYA atau LAKUNYA..???.

Sebelumnya saya tak CLAMITAN~CLOMETAN~LELAMISAN terlebih dahulu yah…
Mungkin ada baiknya kita melongok kebelakang tentang kejadian yang dialami oleh MUSA di Bukit Tursina sebagai bahan pancingannya.
Sebuah kisah khusyu’ paling akbar terjadi tatkala Musa jatuh tersungkur (ekstase) di bukit Sinai setelah Musa meminta agar Tuhan menunjukkan DIRI-NYA. Betapa masuk akal langkah pembuktian Si Musa yang rasionalis itu. Namun, Tuhan tidak mungkin dilihat oleh mata dalam wujud fisik-Nya, karena kemahabesaran-Nya melampaui ruang dan waktu… Bukankah ruang dan waktu juga Ciptaan-Nya?
Sehingga akhirnya, Musa pun ekstase alias ” SEMAPUT ORA ELING ” babar blaaaasss…!!. Dalam kacamata psikologis, khusyu’ ya sebenanya seperti ini harusnya. Orang tidak lagi menggunakan alat-alat epistemologis lagi untuk memahami eksistensi TUHAN. Lalu dengan apa untuk memahami eksistensi TUHAN? Jawabannya jelas, TUHAN sendirilah yang akan memberikan jalan. Bukan sebuah upaya kemanusiaan untuk mencari-Nya. TUHAN pasti akan datang bila manusia tidak lagi mencariNya. Maka, sebuah saran yang barangkali bijak adalah berhentilah mencari DIA (Orang ketiga), sebab DIA tidak perlu dicari lagi. Tuhan ada di depanmu dalam wujud ENGKAU bahkan TUHAN ada dalam AKU-mu…!!!.

Kembali pada masalah KHUSU’.
Khusyu’ adalah suasana batin individu yg hikmat, cermat, hening, konsen, dalam rangka mencari dan merasakan hakikat Tuhan. Khusu’ dapat menjadi filter untuk memilah mana getaran yg baik, mana yg buruk, mana yg bermanfaat mana yg tidak. untuk kemudian menangkap getaran Illahi secara tepat dan bijak. Khusyu’ menghasilkan agama (tatanan), dan di dalam agama (tatanan) terdapat pula tatacara mencapai khusyu’. Lalu duluan mana KHUSYU’ dengan AGAMA ( tatanan )…??? atau duluan mana AYAM dengaTELUR… ?
Khusu’ adalah keadaan/suasana yang sengaja dibangun dan diciptakan oleh batin, jiwa, spirit yang bukan saja menjadi gejala psikhis, tapi juga gejala sosiolokhis, tiap individu, kelompok, maupun masyarakat dalam rangka ” NGGAYUH KAWICAKSANANING GUSTI Kang Murbeng DUMADI “. Sebenarnya “teknis” membangun khusyu’ sifatnya hanya opsional, bukan termasuk dalam paket dogma kitab suci yang dilakukan dalan RITUAL SHOLAT tanpa ada APLIKASI dalam LAKU UTOMO untuk “ HAMEMAYU HAYUNING BAWONO “. Karena didalam LAKU MEMAYU inilah ada ” ROSO PANGROSO ” berupa ” WEWEH~PANDUM ( memberi dan berbagi ) yang bisa dirasakan oleh sesama makhluk dan Alam Semesta.
Dan inilah sesungguhnya makna SHOLAT KHUSYU’ yang TERSIRAT di dalam PENUTUP berupa SALAM yakni ” Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh “. Jadi ada perintah ” LAKU ” berupa AKSI, TINDAKAN dan PERBUATAN berupa WEWEH, PANDUM buat manusia UNIVERSAL bukan hanya untuk kelompok dan golongan tertentu saja untuk saling memberikan, melepaskan KETERIKATAN KEPEMILIKAN LAHIRIAH demi ” KESELAMATAN, RAHMAT dan BERKAH “. Yang dalam khasanah Jawa disebut ” SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE “.
Kesimpulannya mana yang lebih PERLU dan PENTING…??? Belajar RITUAL SHOLAT KHUSU’ yang JENGKANG-JENGKING atau LAKU UTOMO mengentaskan KEMISKINAN, KEBODOHAN, PENDIDIKAN Kawulo Alit dengan sepi ing PAMRIH yang langsung dirasakan MANFAATNYA oleh orang lain…??
Ojo manembah yen tan ketingalan,… ( Jangan menyembah bila tidak tahu yang disembah )
Temahe kasor kulane,… ( Akibatnya akan direndahkan MARTABAT HIDUPMU )

Hal ini tersurat dalam Surat An-Nisa’ 43 ” Janganlah engkau mendekati SHOLAT, bila dalam keadaan MABUK “. Peringatan dalam ayat ini tersirat bahwa orang yang lagi KUSUT Pikirannya yah janganlah memaksakan dirinya untuk mendekati apalagi melakukan, melaksanakan, mendirikan Sholat sebab sudah jelas gak bakalan bisa MENGINGAT Tuhan-Nya. Kalu dipaksa-paksa sudah pasti tidak bisa KHUSYU’ melainkan tambah KUSUT….!!! haaaaaaa….haaaaaa…emang benag layangan…??. Dan, lebih tegas lagi tersurat dalam AQ Al-Ma’un ” Celakalah bagi orang yg Sholatnya LALAI akan AKU “. Yg menjadi pertanyaan saya justru;
Lantas masuk NERAKA kah orang-orang yang tidak bisa menjalankan ritual SHOLAT KHUSU”..?? Hmmm…lalu bagaimanakah dengan saudara-saudara kita, seperti suku Badui (agama Sunda Wiwitan), suku Anak Dalam, suku Tengger (Hindu Tengger; yg sangat berbeda dengan Hindu Bali), suku Dayak dengan agama kaluhuran yg penuh mistis, dan milyaran umat beragama dengan sistem kepercayaan/agama lokal di seluruh pelosok bumi ini.. ??.

Sebab, dulu…dulu sekali ketika saya masih suka ” NGEMBORO ” belajar NGAJI kepada beberapa Guru Pituduh. Ada salah satu Guru Ngaji yang bilang kepada saya dan beberapa ikhwan di langgar begini…” Ingatlah…anak-anakku sekaliyan, jika kaliyan dalam mendirikan Sholat salah dalam menyebut Asma Allah dengan lafadz yang tidak sesuai dengan TARTILnya, maka Sholat kaliyan tidak SAH dan tidak diridhloi oleh Allah. Dan kaliyan akan dimasukkan ke dalam neraka…!!! “. Wadhuuuh…mati aku rek-rek…kok ekstrem banget yoh… masak ada orang masuk neraka gara-gara salah menyebut Asma Tuhan…?? misalnya; God. Allah, Alloh, Gusti, Pengeran, Hyang widhi, atau apapun nama sebutannya. Masak, tuhan sedangkal itu yah…? Katanya Tuhan berbeda dengan mahluknya, Lhaaaa kok punya nama…yg ngasih nama gek njur sopo rek ? masak tuhan ngasih nama buat dirinya sendiri….??? ojo-ojo..umat agomo yang sering tawur, neror, saling membenci, saling menganggap diri paling bener…sesungguhnya ya Gusti Allahe yo podho janjane. trus, tetanggaku katolik, org nya dermawan, baik hati, suka nolong, apa mungkin dia masuk neraka gara-gara salah nyebut tuhan itu Allah, Yesus.. trus ketemu teman yang agamanya Budha..gak kalah baik nya, sangat sopan menghargai memanusiakan, kepedulian sosial tinggi, lembut penuh kasih sayang pada manusa juga binatang, suka membantu yang lagi susah…apa mungkin dia masuk neraka gara-gara tuhanya bukan tuhan Yesus atau bukan Allah swt pula…
…tapi anaknya Yai Somat tetangga saya, apakah dia bakal masuk Surga sekalipun dia jahatnya bukan kepalang pada tetangga kiri kanan, juga dia tidak mau melaksanakan shalat apalagi puasa. Apakah anak itu tetap masuk surga gara2 dia sudah pernah bersaksi dengan cara mengucap “ dua kalimat syahadat “ sewaktu anak itu di khitan/disunat/sircumsition ?

Embuh cah….pancene menungso ki papane nggon luput, mulo kudu sing ati-ati…yo. sing penting ELING LAN WASPODHO; wis mesthi slamet !!!...baca : ” Entahlah…memang manusia ini tempatnya Lupa, maka dari itu kita harus hati-hati ( mawas diri ). Dan yang terpenting dalam Kehidupan ini untuk selalu ELING lan WASPODHO…sudah selayaknya akan menemukan KESELAMATAN..!!! “.

Hiiiiiii….tulisannya warna-warni…jangan-jangan pikirannya lagi KUSUT…???